Sabtu, 15 Oktober 2011

MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI NUSANTARA

Masuknya Islam ke Nusantara

Ada tiga teori yang menganalisis tentang masuknya Islam ke Nusantara. Perbedaan tersebut terletak pada pendapat mengenai waktu masuknya agama Islam, asal negara yang menjadi perantara atau sumber tempat pengambilan ajaran agama Islam, dan pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.

Teori Gujarat
Peletak dasar teori ini adalah Snouck Hurgronje, dalam bukunya L’Arabie et les Indes Neerlandaises, atau Revue de l’histoire des Religious.
Alasan yang dikemukakan Snouck Hurgronje adalah :
1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama Islam ke Nusantara.
2. Hubungan dagang Indonesia-India telah lama terjalin.
3. Inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatra memberikan gambaran hubungan antara Sumatera dengan Gujarat.

Teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 berdasarkan bukti batu nisan Sultan pertama dari Kerajaan Samudera Pasai, yakni Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada 1297 yang becorak Hinduistis. Selain itu ajaran mistik Islam yang berkembang di Nusantara diakui dikembangkan oleh orang-orang India yang telah memeluk Islam.

Teori Mekkah
Peletak dasarnya adalah HAMKA yang mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Nusantara. HAMKA menyatakan bahwa Gujarat hanya sebagai tempat singgah semata, dan Mekkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam. Alasan HAMKA adalah :
1. Mazhab Syafi’i sebagai mazhab yang istimewa di Mekkah ternyata mempunyai pengaruh yang sangat besar di Nusantara.
2. Pada abad ke-13 telah berdiri kekuatan politik Islam yaitu kerajaan Samudera Pasai. Menurut HAMKA tidak mungkin dalam waktu singkat setelah kedatangannya umat Islam telah mampu membangun sebuah kekuatan politik. Jadi masuknya agama Islam ke Nusantara menurut Hamka tidak terjadi pada abad ke-13, melainkan jauh sebelum itu, yaitu pada abad ke-7. Apalagi pada tahun 674 telah berdiri perkampungan Arab Islam di pantai Barat Sumatra.

Hamka juga menyatakan orang-orang Nusantara mengambil inisiatif untuk belajar dengan berlayar ke Cina, Hindustan, Laut Merah, Pantai Jeddah, bahkan sampai membangun negara baru di Malagasi (Madagaskar). Dengan keterangan ini, Hamka mencoba menginformasikan kemampuan penguasaan laut orang-orang Nusantara pada saat itu. Hal ini biasanya tidak didapatkan pada penulisan sejarah oleh pemerintah kolonial Belanda, sehingga terbaca bangsa Indonesia sebagai bangsa yang pasif dan tidak bergerak keluar.Hal ini tentunya sejalan dengan politik kolonial yang tidak ingin mental bangsa jajahannya terangkat.

Teori Persia
Teori ini menitikberatkan tinjauannya pada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia, yakni :
1. Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan syi’ah atas kematian Husain, biasanya diperingati dengan membuat bubur Syura.
2. Adanya kesamaan ajaran antara ajaran Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran Al-Hallaj. Sekalipun Al-Hallaj telah meninggal pada 310H/922M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syaikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya.
3. Penggunan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-Qur’an tingkat awal.
4. Penggunaan gelar Syah di Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.

a. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
1. Catatan perjalanan Al mas’udi yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
2. Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954) menerangkan bahwa pada abad ke-7 M para pedagang muslim selalu singgah di sumatera dalam perjalanannya ke China.
3. Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.
4. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
5. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
6. Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.
7. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).
8. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).

b. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)

c. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
1. Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
2. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
3. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
4. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan sudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.

Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia

1. Perdagangan dan Perkawinan

Dengan menunggu angin muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi sosial yang menghantarkan Islam berkembang (masyarakat Islam).

2. Pembentukan masyarakat Islam dari tingkat ‘bawah’ dari rakyat lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum birokrat (J.C. Van Leur).

3. Gerakan Dakwah, melalui dua jalur yaitau:

a. Ulama keliling menyebarkan agama Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing-lambang budaya).

b. Pendidikan pesantren (ngangsu ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.

Dari ketiga model perkembangan Islam itu, secara realitas Islam sangat diminati dan cepat berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, intensitas pemahaman dan aktualisasi keberagman islam bervariasi menurut kemampuan masyarakat dalam mencernanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar