Senin, 08 Oktober 2012

KERAJAAN MAJAPAHIT Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Sumber-sumber Sejarah kerajaan Majapahit : 1. Kitab sastra, seperti: a. Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja Singosari dan raja-raja Majapahit. b. Kitab Negarakertagama, ditulis Mpu Prapanca pada tahun 1365, menjelaskan tentang keadaan kota Majapahit, daerah jajahannya dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaannya. c. Kitab Sundayana menjelaskan tentang perang Bubat. d. Kitab Usaha Jawa menjelaskan tentang penaklukan pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar. 2. Seni bangunan, seperti candi, pintu gerbang, pemandian atau pertirtaan serta kota Trowulan, bekas ibukota Majapahit yang terletak di kota Mojokerto Jawa Timur. 3. sumber dari luar negeri diperoleh dari berita-berita Cina yaitu seperti berita yang ditulis pada masa dinasti Ming (1368-1643) dan berita dari Ma-Huan dalam bukunya Ling Wai Tai ta menceritakan tentang keadaan masyarakat dan kota Majapahit tahun 1418 Dari sumber-sumber tersebut di atas dapat diketahui pemerintahan raja-raja Majapahit, kehidupan sosial, ekonomi, serta peninggalan budaya-budaya Majapahit. Berdirinya kerajaan Majapahit adalah berkat usaha dan perjuangan Raden Wijaya dengan memanfaatkan kedatangan tentara Cina Mongol (Kubilai Khan) yang datang ke Pulau Jawa untuk menghukum Kertanegara. Dengan kedatangan pasukan Kubilai Khan, maka dimanfaatkan untuk menyerang Jayakatwang di Kediri, sehingga kekalahan Kertanegara dapat terbalaskan karena Jayakatwang akhirnya meninggal di Ujung Galuh. Sedangkan pasukan Kubilai Khan melalui tipu muslihat Raden Wijaya dapat diusir dari pulau Jawa tahun 1293. Setelah berhasil mengusir pasukan Kubilai Khan, maka tahun 1293 Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawisnuwardhana ( dinasti Rajasa ). Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang kuat, maka Raden Wijaya melakukan berbagai tindakan yaitu : - melanjutkan pembangunan Majapahit sebagai pusat pemerintahan - mengawini keempat putri Kertanegara untuk menghindari perebutan tahta - membalas jasa dengan memberikan kekuasaan kepada para sahabat dan pengikutnya. Walaupun demikian diantara para pengikutnya ada yang tidak puas dan akhirnya menjadi benih pemberontakan di Majapahit. Pemberontakan-pemberontakan tersebut terutama muncul pada masa pemerintahan Jayanegara (Kala Gemet), karena Jayanegara adalah raja yang lemah dan dianggap tidak sah karena bukan keturunan dari permaisuri ( anak selir). Diantara pemberontakan yang muncul, yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti tahun 1319 karena ibu kota Wilwatikta berhasil dikuasai kaum pemberontak. Meski demikian pemberontakan Kuti dapat dipadamkan oleh pasukan Bhayangkara yang dipimpin Gajah Mada. Atas jasanya Gajah Mada diangkat menjadi patih Kahuripan tahun 1319 dan selanjutnya tahun 1321 diangkat menjadi patih Daha. Pemberontakan terhadap Majapahit tetap muncul pada masa pemerintahan raja III yaitu Tribuana Tungga Dewi yaitu pemberontakan Sadeng dan Keta di daerah Besuki tahun 1331. Pemberontakan tersebut juga berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Atas jasa tersebut maka Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit tahun 1333. Pada saat pengangkatan tersebut, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukti Palapa, untuk mempersatukan wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Untuk mewujudkan sumpah Palapa, pasukan Majapahit yang dipimpin Gajah Mada dan dibantu oleh Adityawarman (keturunan putri Melayu) melakukan politik ekspansi/penyerangan keberbagai daerah dan berhasil. Atas jasanya Adityawarman diangkat menjadi Raja Melayu tahun 1347 untuk menanamkan pengaruh Majapahit di Sumatera. Pada tahun 1350 Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk bergelar Rajasanegara. Dalam menjalankan pemerintahan yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Adityawarman dan Mpu Nala sehingga pada masa tersebut Majapahit mencapai puncak kebesarannya, karena daerah kekuasaannya hampir meliputi seluruh Nusantara bahkan Semenanjung Malaya juga berhasil dikuasai Majapahit, kecuali kerajaan Pajajaran (Sunda) yang belum dikuasainya. Dalam rangka menguasai Pajajaran, maka Gajah Mada melakukan Politik perkawinan yang berakibat terjadinya peristiwa Bubat tahun 1357 Dalam rangka menjaga keamanan dan memelihara kesatuan daerah kekuasaannya maka Majapahit memperkuat armada lautnya di bawah pimpinan Mpu Nala. Dan juga berusaha menjalin persahabatan dengan negara-negara tetangga yang diistilahkan Mitrekasatata yang berarti sahabat atau sahabat sehaluan atau hidupberdampingan secara damai. Tahun 1364 Gajah Mada meninggal. Sehingga Majapahit mengalami kesulitan mencari penggantinya. Baru tiga tahun kemudian digantikan oleh Gajah Enggon. Meninggalnya Gajah Mada sangat berpengaruh terhadap pemerintahan Hayam Wuruk, sehingga pemerintahan Hayam Wuruk mengalami kemunduran. Hayam Wuruk meninggal tahun 1389. Selanjutnya tahta Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana, suami dari putri Hayam Wuruk yakni Kusumawardhani. Pada masa pemerintahan Wikramawardhana (1389 - 1429) kehidupan politik Majapahit diwarnai oleh Perang Paregreg atau perang saudara antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabumi (saudara tiri kusumawadhani). Perang Paregreg terus berkelanjutan menyebabkan bintang Majapahit semakin pudar, sehingga banyak daerah-daeah kekuasaannya yang melepaskan diri. Dengan adanya penyebaran Islam yang berpusat di Malaka serta munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang menentang Majapahit maka keruntuhan Majapahit diambang pintu. Mengenai runtuhnya Majapahit ada beberapa pendapat yaitu: 1. Majapahit runtuh tahun 1478, ketika Girindrawardhana memisahkan diri dari Majapahit dan menamakan dirinya sebagai raja Wilwatikta Daha Janggale Kadiri. Tahun peristiwa tersebut di tulis dalam Candrasengkala yang berbunyi “sirna ilang kertaning bhumi” ( 1400 Saka = 1478 Masehi) 2. Diserang oleh Demak yang dipimpin oleh Raden Patah (=Jin Bun, yaitu Pangeran Majapahit yang masuk agama Islam ) tahun 1522. Kehidupan sosial Sebagai kerajaan terbesar di Nusantara masyarakat Majapahit umumnya baik, kerajaan memperhatikan kepentingan rakyat, keamanan rakyat terjamin, hukum serta keadilan ditegakkan dengan tidak pandang bulu. Kehidupan beragama Raja membentuk dewan khusus yaitu Dharmadyaksa ring Kasaiwan yang mengurus agama Hindu dan Dharmadyaksa ring Kasogatan yang mengurus agama Budha. Keduanya dibantu oleh pejabat keagamaan yang disebut Dharma Upapatti. Dengan adanya pejabat keagamaan tersebut, kehidupan keagamaan Majapahit berjalan dengan baik, bahkan tercipta toleransi. Hal ini seperti yang diceritakan oleh Ma-Huan tahun 1413 bahwa masyarakat Majapahit di samping beragama Hindu dan Budha, ada yang beragama Islam, dan semuanya hidup dengan rukun. Kehidupan yang penuh dengan toleransi juga dibuktikan melalui kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular yang di dalamnya ditemukan kalimat “Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma mangrwa”. Kehidupan ekonomi Majapahit berkembang sebagai kerajaan Maritim sekaligus kerajaan Agraris. Perekonomian Majapahit bersumber dari pertanian, pelayaran, dan perdagangan yang saling menunjang dan saling melengkapi. Pemerintahan Majapahit selalu berusaha meningkatkan pertaniannya dengan memperbaiki atau memelihara tanggul sepanjang sungai untuk mencegah banjir dan memperbaiki jalan-jalan dan jembatan untuk mempelancar lalu lintas perdagangan. Komoditi perdagangan Majapahit adalah beras dan rempah-rempah. Daerah-daerah pelabuhan seperti Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban menjadi pusat perdagangan karena menampung barang dagangan berupa hasil bumi dari daerah pedalaman. Kehidupam budaya Kebudayaan Majapahit berkembang dengan baik, hasil peninggalan Majapahit berupa : a. Seni bangunan, antara lain pemandian atau petirtaan, gapura yang berbentuk seperti candi bentar, candi Bajang Ratu, candi Penataran di Blitar dan lain-lain. b. Seni patung, seperti patung perwujudan Raden Wijaya sebagai Harihara atau sebagai Syiwa dan Wisnu dalam satu arca, patung putri Suhita dan patung Tribhuwana sebagai Parwati. c. Seni sastra, selain kitab-kitab yang telah disebutkan di atas, ada juga kitab-kitab yang lain yaitu seperti kitab Arjunawiwaha yang ditulis oleh Mpu Tantular, kitab Ranggalawe, kitab Sorondaka yang berbentuk kidung dan juga ada kitab hukum yang ditulis oleh Gajahmada yaitu kitab Kutaramanawa yang digunakan sebagai dasar hukum di Majapahit. Kitab Hukum Kutaramanawa disusun berdasarkan kitab Hindu yang lebih tua yaitu kitab Kutarasastra dan Manawasastra. Dengan demikian dari kitab hukum tersebut, merupakan salah satu contoh wujud akulturasi dengan kebudayaan India. Struktur Birokrasi dan Pemerintahan Pemerintahan Majapahit mencerminkan adanya kekuasaan yang bersifat territorial dan disentralisasikan dengan birokrasi yang terperinci (menyerupai Negara serikat) : 1. Raja pemegang otoritas tertinggi dan dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia 2. Bhattara Sapta Prabu (Dewan Pertimbangan Kerajaan) Beranggotakan 7 orang yang terdiri dari sanak keluarga raja, tugasnya memberikan saran, pertimbangan atau nasihat kepada raja 3. Rakryan Mahamantri Katrini terdiri dari Rakryan Mahamantri I Hino, Rakryan Mahamantri I Halu, Rakryan Mahamantri I Sirikan. Jabatan ini biasanya diduduki olehpara putra raja, tugasnya meneruskan perintah raja kepada pejabat di bawahnya yaitu 4. Rakryan Mantri Ri Pakirakiran Adalah dewan menteri sebagai pelaksana pemerintahan, dipimpin oleh Patih Hamangkubumi (Perdana Menteri) sering disebut Apatih Ring Wilwatikta (Wilwatikta = ibu kota Majapahit) Dewan ini terdiri dari : - Rakryan Mahapatih (pemimpin) ] - Rakryan Tumenggung ] - Rakryan Demung ] kelimanya disebut Panca Ring Wilwatikta - Rakryan Rangga ] - Rakryan Kanuruhan ] ] 5. Pejabat tinggi lain seperti Werdhamantri, Yuwamantri, dll 6. Dharmadyaksa Mengurusi urusan keagamaan, terdiri dari 2 pejabat yakni Dharmadyaksa ring Kasaiwan yang mengurus agama Hindu dan Dharmadyaksa ring Kasogatan yang mengurus agama Budha. Keduanya dibantu oleh pejabat keagamaan yang disebut Dharma Upapatti. Ada 7 orang Dharma Upapati sehingga disebut Sang Upatti Sapta (para cendekiawan dan pujangga) 7. Paningkah sri Narendra Dwipa Adalah mahkamah Agung yang mengurusi lembaga peradilan.

1 komentar: