Jumat, 05 Agustus 2011

KERAJAAN KUTAI

Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia, yang diperkirakan muncul pada abad 5
M atau 400 M, keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang
ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah.
Prasasti Yupa
Bahasa Huruf
Tempat penemuan prasasti Yupa tersebut adalah daerah Muarakaman tepi sungai Mahakam,
Kalimantan Timur, sehingga oleh para ahli kerajaan tersebut diberi nama Kutai, karena dalam
prasasti tidak dijelaskan nama kerajaan untuk itu diberi nama sesuai tempat penemuan
prasasti tersebut.
Dari isi yang tertera dalam prasasti Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai
aspek kebudayaan yaitu antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik dijelaskan bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman
sebagai raja yang mulai dan berhasil membawa kejayaan, raja Mulawarman adalah putra
Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga.

Dalam prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai dewa
Ansuman/dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga
raja.
Hal ini berarti Aswawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai
pendiri Keluarga atau Dinasti dalam agama Hindu.
Untuk itu para ahli berpendapat nama Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih
sebagai kepala suku, walaupun demikian Kudunggalah yang menurunkan raja-raja Kutai.

Kehidupan Sosial
Telah terjalin hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalamprasasti Yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepadakaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakescuara.
Dengan adanya istilah Waprakescuara,
Waprakesmara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa,
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agama yang dianut Mulawarman adalah Hindu aliran Syiwa artinya dewa yang dipuja adalah Syiwa.

Kehidupan Ekonomi
Sedangkan dalam kehidupan ekonomi. Hal ini tidak dijelaskan secara pasti dalam prasasti,
tetapi para ahli sejarah berpendapat bahwa dengan adanya sedekah 20.000 ekor sapi
membuktikan perekonomian Kutai sudah kuat pada masa itu, yang didasarkan kepada
pertanian, peternakan dan perdagangan.
Mata pencaharian tersebut di atas dimungkinkan karena raja Mulawarman
menghadiahkan kepada kaum Brahmana 20.000 ekor sapi. Ini dapat dijadikan indikasi
bahwa populasi ternak cukup besar pada waktu itu. Ia juga menghadiahkan segunung
minyak kental dengan lampu, seperti yang tertulis dalam prasasti.

Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya. Ia dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju, walaupun
penganut Hindu belum lama diterima. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan
(pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut upacara Vratyastoma.
Upacara Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena
Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin
upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari
India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut
dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli.
Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan
intelektualnya tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta pada
dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa
resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar