Jumat, 05 Agustus 2011

KERAJAAN SRIWIJAYA

Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 - 13 M).
Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India bahkan Arab.

Sumber-sumber dari dalam negeri
Sumber dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6 buah yang menggunakan
bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, serta telah menggunakan angka tahun Saka.
a. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Tatang dekat
Palembang, berangka tahun 606 Saka. Isi prasasti tersebut menceritakan perjalanan
suci/Sidayatra yang dilakukan Dapunta Hyang, berangkat dari Minangatamwan dengan
membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Dari perjalanan tersebut berhasil menaklukkan
beberapa daerah.
b. Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang berangka tahun 606
Saka. Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran semua
makhluk dan terdapat doa-doa yang bersifat Budha Mahayana.
c. Prasasti Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu dekat Palembang tidak berangka tahun.
d. Prasasti Kota Kapur ditemukan di kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608 Saka.
e. Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi Hulu berangka tahun 608 Saka.
f. Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Lampung Selatan tidak berangka tahun.
Keempat Prasasti yang disebut terakhir yaitu Prasasti Telaga Batu, Kota Kapur, Karang bukit,
dan Palas Pasemah menjelaskan isi yang sama yaitu berupa kutukan terhadap siapa saja
yang tidak tunduk kepada raja Sriwijaya.

Sumber-sumber sejarah Sriwijaya yang berasal dari luar negeri terdiri dari :
Sumber-sumber prasasti
Sumber yang berupa prasasti ditemukan di Semenanjung Melayu berangka tahun
775 M yang menjelaskan tentang pendirian sebuah pangkalan di semenanjung melayu,
daerah Ligor. Untuk itu prasasti tersebut, diberi nama Prasasti Ligor dan prasasti yang ditemukan di India di kota Nalanda yang berasal dari abad ke 9 M. Prasasti tersebut menjelaskan pendirian Wihara oleh Balaputradewa raja Sriwijaya.
Sumber Berita Asing
Di samping prasasti-prasasti, keberadaan Sriwijaya juga diperkuat dengan adanya beritaberita
Cina maupun berita Arab.
Berita Cina, diperoleh dari I-Tshing seorang pendeta Cina yang sering datang ke
Sriwijaya sejak tahun 672 M, yang menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang
pendeta yang menguasai agama seperti di India dan di samping itu juga, berita dari
dinasti Sung yang menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971 -
992 M.
Nama kerajaan Sriwijaya dalam berita Cina tersebut, disebut dengan Shih-lo-fo-shih
atau Fo-shih, sedangkan dari berita Arab Sriwijaya disebut dengan Zabag/Zabay atau
dengan sebutan Sribuza. Dari berita-berita Arab dijelaskan tentang kekuasaan dan
kebesaran serta kekayaan Sriwijaya.

Melalui sumber-sumber tersebut di atas dapat diketahui perkembangan Sriwijaya dalam berbagai aspek kehidupan

Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik. Dapat diketahui bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta
Hyang Sri Jayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama
yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak
ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan.
Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan
sungai Kampar kiri dan Kampar kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di
Jambi yang juga strategis untuk perdagangan.
Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya
berpusat di Minangatamwan. Kemudian karena perkembangannya dipindahkan ke
Palembang.
Untuk selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan
politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk
perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan
Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasai
Sriwijaya.
Dengan demikian maka Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau,
tetapi sudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau.
Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena
kekuasaannya luas dan berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara (M.Yamin).

Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan
Internasional Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya
berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi pelabuhan Transito sehingga
dapat menimbun barang dari dalam maupun luar.
Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan sangat baik hal ini juga
didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa,
Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur
pelayaran yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah
dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut.
Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya
meningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun

Kehidupan Sosial
Faktor lain yang menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan besar adalah kehidupan sosial
masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya
Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia
Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya
terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan pendeta
Budha terkenal yaitu Sakyakirti.
Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Budha dan ilmu
lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda.
Kemajuan di bidang pendidikan yang berhasil dikembangkan Sriwijaya bukanlah suatu
hasil perkembangan dalam waktu yang singkat tetapi sejak awal pendirian Sriwijaya,
raja Sriwijaya selalu tampil sebagai pelindung agama dan penganut agama yang taat.
Sebagai penganut agama yang taat maka raja Sriwijaya juga memperhatikan kelestarian
lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk
meningkatkan kemakmuran rakyatnya.
Dengan demikian kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan
makmur, dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan.
Kemajuan dalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan
suci seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi,
Muaratakus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).

Kebesaran dan kejayaan Sriwijaya ternyata banyak mengundang kerajaan lain menjadi
tidak senang dan menyerang Sriwijaya sehingga mengalami kemunduran dan keruntuhan
akibat serangan dari kerajaan lain.
- Serangan pertama dari Raja Dharmawangsa dari Medang, Jatim tahun 990 M. pada
waktu itu raja Sriwijaya adalah Sri Sudarmaniwarnadewa. Walaupun serangan
tersebut gagal tetapi dapat melemahkan Sriwijaya.
- Serangan berikutnya datang dari kerajaan Colamandele (India Selatan) yang terjadi
pada masa pemerintahan Sri Sangramawijayatunggawarman pada tahun 1023
dan diulang lagi tahun 1030 dan raja Sriwijaya ditawan.
- Tahun 1068 Raja Wirarajendra dariColamandele kembali menyerang Sriwijaya tetapi
Sriwijaya tidak runtuh bahkan pada abad 13 Sriwijaya diberitakan muncul kembali
dan cukup kuat sesuai dengan berita Cina.
- Keruntuhan Sriwijaya terjadi pada tahun 1477 ketika Majapahit mengirimkan
tentaranya untuk menaklukan Sumatra termasuk Sriwijaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar